Kicauan burung-burung di pagi hari, membuat beberapa teman Gray tersenyum penuh ekspresi seraya menatap langit cerah. Pagi itu, murid-murid kelas 4 akan melakukan kegiatan senam pagi.
Singkat cerita, 10 menit kegiatan senam pagi telah dilakukan. Semua orang nampak bersemangat, tapi tidak cukup menyemangatkan Phil Gray; siswa kelas 4 sekolah dasar di pusat kota Wolverhampton, UK. "Gray, are you ok?" tanya seorang temannya, Noriah. "I'm not OK. The way 2 bitches achieve the best rank was not fair anymore". "I'm so sorry, Gray." Noriah bergumam lesu.
Sejak kejadian mengerikan 3 bulan lalu, Gray nampak sangat sedih. Dia tak menyangka prestasinya di kelas menurun drastis. Gray menyadari, bahwa dia memang pernah jatuh sakit selama 4 hari setelah terlalu kelelahan usai mengikuti test olahraga. Tapi itu tidak menjadi alasan yang cukup rasional untuknya berhenti belajar demi mengejar ketertinggalan dari teman-temannya. Dirasakan, dalam setiap ulangan blok dia mampu mencapai nilai di atas rata-rata kelas bahkan fantastis. Selebih dalam pelajaran Bahasa. Tapi semangat Gray lumpuh, seraya ia menyadari hasil yang telah diraihnya pada saat Term Report . Gray mendapati kekecewaan mendalam merasuki jiwanya. Angka mengerikan sebagai predikat buruk menari-nari dalam buku rapor. Gray hanya bisa menganga tanpa bersuara. Syarafnya menegang... Kala predikat juara kelasnya tak lagi dia temukan dalam term reportnya. Bukan ranking pertama, kedua atau pun ketiga. Tapi ... empat.
Angka empat bagi Gray saat itu adalah angka paling mengerikan dalam hidupnya. "This is unbelievable. So far I worked hard!". Kesedihan, tak berakhir sampai di sini. Setelah Gray tahu, teman sekelasnya, Alen dan Julia meraih peringkat pertama. Gray terheran, peringkat pertama diraih kedua temannya itu dengan alasan irasional. Mengingat kedua temannya itu adalah tidak seperti apa yang term report sebutkan. "Apa mereka yang lebih pantas untuk mendapat peringkat pertama? Sekaligus menghempaskanku ke peringkat 4? Sungguh tak masuk akal pikirku, aku sempat mengungguli 5 buah tugas sastra yang diberikan tiap akhir pekan. Serta mendapat nilai tertinggi saat end term test. This is bulshit" Gray menggerutu. Tak lama ia berperang dengan gejolak tolakan di benaknya, Gray menerima sunggingan senyum ejekan dari Alen dan Julia.
"Hi, Gray...! We hope you enjoy it!" ejek kedua temannya itu. Sunggingan senyum ejekan itu menghadirkan sesuatu yang tak Gray pahami, ya ...menghadirkan sebuah misteri. Gray kembali memutar pikirannya! Jauh ke dalam masa lalu, 3 bulan lalu. Gray mulai menemukan titik terang, ketika dia ingat dengan betul bahwa Alen dan Julia sempat memberikan 2 buah amplop kecil kepada Mrs. Griffin, guru kelas mereka. Mrs. Griffin kemudian memberi kecupan yg menghasilkan tanda bibir berlipstik merahh delima pada amplop yang diberikan Allen dan Julia. "Thanks a lot. Just wanna say, Thanks a lot to your mom, Allen! " tegas Mrs. Griffin sesaat setelah menerima amplop tersebut. "UNBELIEVABLE! MORRON!" Teriak Gray kepada Allen dan Julia setelah mengingat tragedi itu. Saat itu, ia hanya bertanya dalam benaknya.
Apakah sebuah amplop yang berukuran kecil mampu menolong mereka untuk menyaingiku? Apa arti dari semua ini?" 11 tahun berlalu. Bagi Phil Gray kecil yang duduk di kelas 4 SD, kejadian itu adalah sebuah misteri yang masih dipertanyakan maknanya. Tapi, tidak untuk sekarang. "I know that moment was bad for me. But, this is way I move on to be a good person." Itulah penegasan Phil Gray sesaat setelah mengingat masa lalunya yang cukup membuat merasakan pahit. Sebuah upaya kedua temannya memberikan amplop adalah sebuah bribe yang merupakan pelanggaran nilai religius dan pernyimpangan moral. Sekarang, Phil Gray menduduki jabatan Menteri Pendidikan di Negri yang dicintainya. Pengalaman pahit yang hadir dari ulah kedua temannya itu memberi motivasi positif untuk seorang Phil Gray move on. Menjunjung tinggi nilai kejujuran. Menghapus kebiasaan buruk "bribe" yang ada di ranah pendidikan.
Jasa Phil Gray, diakui Presiden sebagai sebuah tindakan berani karena benar. Sekarang negri yang dijuluki "low self esteem" telah bertransformasi menjadi sebuah educated country. Phil Gray telah banyak menghapus sistem yang keliru di ranah pendidikan negaranya, salah satunya upaya penyogokan, berdasar kepada pengalaman pahitnya. "Mr, Gray,please! Mr. President is waiting for your attendance to give you a Hero Medal and Nobel prize." tegas sekretaris pribadi Gray. "Oke, I'll be there for a minute" jawab Gray penuh semangat dan prestis. Sungingan senyum ramah menutup perbincangan Gray dengan kedua putranya, John dan Muhammad Lee. Segera dia menemui President di Aula utama untuk menerima penghargaan atas jasanya.
"It doesn't matter if you wanna get the first line by giving a bribe or another dirty way. But still It gives me a spirit to move on and doing better not only this time, but for long time in the future."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar